Translate

Minggu, 15 Desember 2013

KRITIK SOSIOLOGIS

KRITIK SOSIOLOGIS
Ringkasan Materi Kelompok 5
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra
yang dibina oleh Drs. HeriSuwignyo, M.Pd

Oleh:
Fara Ayu Maulida 130211614091
Khoirun Nisa 130211601342
Nita Normasari 130211616490
Salsabila 130211614087
Yuslim Aulia Hayati 130211614082





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
Oktober 2013


Model Kritik Sosiologis
1.    Teori Kritik Sosiologis
Sosiologi adalah suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang social dan proses social. Sosiologi menelaah tentang bagaimana masyarakat itu tumbuh dan berkembang (Semi, 1984: 52). Kritik sosiologis terhadap karya sastra dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pertama, pendekatan yang menganggap karya sastra sebagai dokumen sosio-budaya yang mencerminkan zaman. Kedua, pendekatan yang melihat penderitaan masyarakat terhadap karya sastra. Dan Ketiga, pendekatang yang melihat pengaruh sosio-budaya terhadap penciptaan karya sastra (Yunus:1986:3: dalam Suwignyo, 2013: 167). Dari ketiga pendekatan diatas, pendekatan pertamalah yang lebih banyak bertolak pada karya sastra.
Kritik sosiologis juga berfaedah dalam mengembangkan pengetahuan kita dalam memberikan keterangan tentang, misalnya, mengapa beberapa kelemahan menjadi ciri khas dalam suatu periode tertentu, mengapa suatu kurun waktu tertentu memperlihatkan adanya kesamaan, atau mengapa karya-karya Hamka memperlihatkan suatu suasana yang memancing keharuan? Atau mengapa Hamka cenderung untuk membunuh para tokoh ceritanya? Dengan bantuan sosiologi sastra hal itu bisa dipahami secara lebih mendalam.
Dapat dikatakan bahwa sastra merupakan produk budaya dan produk “masyarakat” yang memiliki keterikatan yang erat dengan kehidupan social. Sastra “menyajikan kehidupan”  yang sebagian besar terdiri dari kenyataan social (Wellek dan Warren, 1989: 109). Kritik Sosiologis berfungsi deskriptif, dengan deskripsi masyarakat yang melingkupi satu karya sastra, sering member bantuan yang besar terhadap keberhasilan suatu kritik sastra yang dilakukan. Objek analisis sosiologis salah satunya berupa lembaga-lembaga social dalam hubungan dengan segi-segi kehidupan beserta perubahannya. Pendekatan sosiologis yang paling banyak dilakukan saat menaruh perhatian yang besar terhadap aspek documenter sastra.
Landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari pelbagai struktur social. Pendekatan sosiologis sastra juga suatu asumsi seperti yang dikemukakan oleh Hardjana (1985: 70), bahwa tata kemasyarakatan bersifat normative, maksudnya mengandung unsur-unsur pengatur yang mau tidak mau harus dipatuhi sehingga hubungan antarmanusia ditentukan atau paling tidak dipengaruhi oleh tata kemasyarakatan tersebut. Dengan demikian, pandangan, sikap, dan nilai-nilai, termasuk kebutuhan pengarang, ditimba dari tata kemasyarakatan yang ada dan berlaku.
2.    Kritik Realisme Sosialis
Metode ini bertolak belakang dari pendekatan mimesis bahwa sastra sebagai hasil seni yang lain, merupakan pemcerminan atau representasi kehidupan nyata. Sastra merupakan pemaduan antara imajinasi pengarang atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari kenyataan. Pendekatan ini lama sekali memengaruhi kehidupan kritk sastra di Eropa. Dalam kritik sastra Indonesia, pernah berkembang kritik sastra Lekra pada permulaan tahun 50-an sampai tahun 1965-an. Lekra didirikan pada tanggal 17 agustus 1950, enam bulan setelah diumumkan “Surat Kepercayaan Gelanggang” yang berpandangan Realisme Humanisme. Paha realism sosialis ini memang pernah diterapkan pada beberapa karya sastra Indonesia., malahan diantaranya sampai berbau anti muslim, seperti dalam karya Utuy Tatang Sontani Si Kempeng dan dalam karya Pramudya Ananta Toer:  Si Manis Bergigi Emas, yang menggambarkan para kyai dan haji sebgai tokoh penghisap rakyat. Realisme sosialis ini kemudian banyak menimbulkan perdebatan para kritikus di Negara-negara non komunis.
3.    Kritik Realisme Humanis
Realism humans itu, menurut penjelasan manifesto kebudayaan, erupakan suatu perjuangan manusia dan kemanusiaan. Humanisme adalah berjuangan budu nurani universal dengan memerdekakan manusia dari setiap belenggu, ia menolak sikap absolute dari satu golongan yang memandang  hanya ideologinyalah yang benar. Pernyataan itu bertentang dengan Lekra, karena itu mereka tentang habis-ahbisan. Kemudian era baru di Indonesia terbuka lebar. Lewat majalah sastra Horison bermunculan karya-karya baru dengan segala macam gaya dan segala macan eksperimen, dan dengan segala kemungkinan tema. Sastra diletakkan pada proporsinya yang tepat dan dijadikan sebagai media ekspresi.


Daftar Rujukan
Atar, Semi. 1984. Kritik Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa
Pradopo, Rachmad Djoko. 2011. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suwignyo, Heri. 2013. Kritik Sastra Indonesia Modern: Pengantar Pemahaman Teori dan Penerapannya. Malang: A3 (Asih Asah Asuh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar